Rabu, 09 November 2016

Filled Under:

Catatan Kecil Sang Petualang "Pahlawan Sesungguhnya"


Tak disadari selama ini kita lupa, lupa bahwa pahlawan sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Diri yang dibawa pada perjuangan mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Diri ini pula yang berjuang sebelum lahir ke dunia sebagai sel sperma yang mampu bertahan hingga membuahi sel ovum. Dari itu maka terbentuklah embrio.

Perjuangan itu diawali sejak sebelum manusia dilahirkan. Sesudah dilahirkan pun, perjuangan masih tetap berlanjut. Berjuang untuk bisa berbicara, mendengar, bergerak, berdiri dan semua yang dilakukan oleh sang bayi sesudah dilahirkan.

Sel sperma berjuang, bayi berjuang. Sekarang? Menginjak anak-anak, remaja, dewasa bahkan tua. Perjuangan itu terus berkelanjutan tanpa henti.

Perjuangan akan terhenti saat nafas ini tak mampu lagi ditarik atau ketika tidak bisa lagi dihembuskan. Itulah perjuangan yang dilakukan oleh pahlawan. Bukan hanya berjuang melawan penjajah. Tapi sebenarnya, berjuang melawan diri sendiri dan hawa nafsu merupakan sisi dari pahlawan yang ada di dalam diri manusia.

Lihatlah.. Di luar sana, masih banyak orang atau bahkan kita sendiri yang belum mampu melawan diri dan hawa nafsu dari berbuat keburukan. Diri ini berkubang pada lumpur keburukan yang tiap hari semakin menumpuk tanpa disadari.

Perjuangan melawan diri memang memerlukan tenaga, biaya, pikiran dan perasaan yang sangat kuat. Melawan diri untuk tidak berbuat keburukan perlu perjuangan. Sama halnya saat berjuang diri untuk berbuat kebajikan. Keduanya memerlukan perjuangan yang tidak sedikit dan singkat.

Apalagi melawan hawa nafsu yang liar. Ibarat binatang, hawa nafsu itu perlu diikat agar tidak liar. Jika liar maka inilah perjuangan yang harus dilakukan oleh manusia untuk melawannya. Berjuang melawan hawa nafsu bukan berarti membunuh atau menghilangkannya tapi mengendalikannya ‘diikat’. Jika hawa nafsu dibunuh atau dihilangkan maka hawa nafsu untuk berbuat kebaikan pun akan leyap. Sebab, hawa nafsu tidak hanya membawa pada keburukan tapi juga menuntun pada kebaikan. Asalkan, ia dikendalikan dengan arif dan bijaksana.

Perjuangan ini belum usai, sebab diri sendiri dan hawa nafsu akan selalu membersamai manusia hingga tutup usia. Setiap hari manusia akan tetap terus berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Kitalah pahlawan yang sesungguhnya. Kita pulalah yang akan memperjuangkan diri kita masing-masing kelak di masa depan baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Manusia akan dicap sebagai pahlawan manakala dia mampu untuk melawan dirinya dari buat keburukan dan mengendalikan hawa nafsunya dari kejelekan yang akan berujung pada penyesalan.

Menjadi pahlawan bagi diri sendiri. Itulah kunci awal untuk mampu menjadi pahlawan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara bahkan dunia.

Tak ada kata terlambat untuk berubah. Berubah menjadi sosok manusia yang lebih baik. Berubah menjadi insan yang berusaha istiqomah dalam jalan kebenaran. Berubah menjadi diri yang bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Pahlawan sesungguhnya adalah aku. Diri aku sendiri. Sebab, perubahan besar tak akan pernah terjadi jika aku tak bisa memperjuangankan diriku sendiri.

Yogyakarta, 10 November 2016

Berbagi Ceria Lewat Cerita

Aulia Rahim


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 AULIA RAHIM.