Rabu, 25 Desember 2013

Catatan Kecil Sang Petualang "Lelaki Pantang Sholat Sendiri"



            Apa jadinya apabila seorang lelaki lebih memilih sholat sendiri daripada sholat berjamaah di masjid, mushola ataupun surau di sekitar tempat tinggalnya. Mungkin, kita masih ingat dengan cerita ketika Rasulullah SAW memperingatkan kepada tetangga-tetangga beliau keluar rumah dengan teguran akan membakar rumah-rumah yang penghuninya tidak mau keluar untuk melaksanakan sholat berjama’ah. Himbauan itu ditujuan untuk para lelaki yang enggan melangkahkan kakinya menuju rumah-Nya. 

      Bagaimanakah kondisinya jika ini terjadi pada zaman sekarang. Zaman yang serba ada dan diberikan berbagai kemudahan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Namun, kembali ke diri pribadi masing-masing. Bagaimanakah menanggapi kemudahan yang diberikan tersebut? Apakah dengan kemudahan itu akan menambah ketaqwaannya kepada Sang Kholiq? Ataukah hanya akan membuat murka Sang Ilahi karena berani menduakan-Nya?

      Dengan berbagai kemudahan itu tak mungkin kita tak bisa keluar rumah sejenak untuk melangkahkan kaki menuju tempat nan suci. Apabila tempat tersebut lumayan jauh, kita bisa menggunakan sepeda ataupun motor atau bahkan mobil untuk bersegera memenuhi panggilan-Nya. Tetapi, realita yang ada kita semakin enggan untuk berdiri menuju keridhoan-Nya. Kita (kaum lelaki) lebih memilih sholat sendiri di rumah daripada sholat bersama-sama di masjid.

      Sholat berjamaah hukumnya sunnah muakkadah yakni sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Dengan sholat berjamaah kita semua mendapatkan berbagai manfaat dan kelebihan yang akan kita rasakan di dunia maupun di akhirat.

      Lelaki pantang sholat sendiri. Sebab para lelaki memang disunnah untuk sholat secara berjamaah sedangkan para wanita lebih disunnahkan untuk melaksanakan sholat sendiri di rumah dikarena untuk menjaga diri.

      Domba yang berjalan sendiri akan lebih mudah dimaksa oleh srigala daripada domba yang berjalan bersama-sama. Keamanan dan ketenangan akan didapatkan oleh domba yang berjalan secara bersama.

      Begitu pula dengan manusia terlebih untuk para lelaki ketika melaksanakan sholat. Mereka akan lebih mudah diganggu pada saat sendirian daripada pada saat berkumpul bersama baik itu ketika sholat berjamaah ataupun ketika berkumpul di dalam majelis ilmu atau majelis dzikir.

      Orang yang melaksanakan sholat secara berjamaah akan mendapatkan pahala duapuluh tujuh derajat lebih banyak daripada orang yang melaksanakan sholat secara sendirian. Masih kurangkah pahala yang diberikan tersebut?

      Memang, mulai sekarang kita (kaum lelaki) perlu mengevaluasi diri untuk bisa memperbaiki kualitas dan kuantitas sholat kita. Apakah sudah kita laksanakan secara berjamaah? Ataukah hanya kita lakukan sendirian di dalam kamar?

      Tak malukah kita kepada para sahabat nabi yang pada zaman itu mereka selalu sholat berjamaah walaupun terkadang ancaman dan halang rintang menghadang mereka ketika melangkah menuju Rumah-Nya.

      Sedangkan kita sekarang dengan berbagai kemudahan yang diberikan-Nya terasa semakin malas untuk bangun berjalan menyukuri kaki dilangkahkan menapaki jalan-jalan surga-Nya.

      Mari kita renungkan sesaat, sudah benarkah kita sholat? Ataukah selama ini kita salah niat hanya berbuat untuk menggugurkan kewajiban umat tanpa memikirkan hari akhirat?

Berbagi Ceria Lewat Cerita

(Aulia Rahim)

Sabtu, 30 November 2013

Catatan Kecil Sang Petualang "Tebarkan Senyuman Raih Kebahagian"

Bahagia itu mudah. Disaat kita bisa tersenyum untuk diri sendiri dan orang lain. Kita bisa merasakan kebahagiaan. Tak sulit ketika kita menginginkan sebuah kebahagiaan. Kerena kebahagiaan itu diciptakan bukan ditunggu-tunggu kedatangannnya. Salah satu cara kita untuk menciptakan kebahagiaan yakni dengan tersenyum. 

Apakah kita karena kebahagiaan kita tersenyum? Tidak, kawan. Karena senyuman kitalah yang membuat kita bahagia. Cukup ringan cara ini. Siapapun dari kita bisa mempraktikannya kapanpun dan dimana pun berada. Kebahagiaan itu hak semua orang. Siapapun diri kita berhak untuk merasakan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan yang bagaimanakah yang kita ingin rasakan? Apakah sekilas kebahagiaan harta, kebahagiaan jabatan ataupun kebahagiaan keluarga yang semua kebahagiaan itu berbuah pada dunia.

Tentu kita semua menginginkan  kebahagiaan di dunia, agar kita bisa tentram dan nyaman menjalani kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita bisa membahagiakan diri sendiri sedangkan kita sendiri tak pernah tersenyum untuk diri kita? Apakah susah untuk tersenyum? Begitu mahalkah harga sebuah senyuman sehingga kita malas dan enggan untuk mempraktikannya ?

Senyuman yang berasal dari hati. Itulah senyuman yang akan menciptakan kebahagiaan. Senyuman yang selalu terlihat saat apapun yang menimpa hati kita. Dikala kita bersedih kita tetap tersenyum, dikala bahagia pun kita akan tetap tersenyum.

Pada hakikatnya kita hidup di dunia ini tak punya apa-apa . terbukti pada saat kita dilahirkan. Apakah ada yang dilahirkan membawa mobil atau harga lainnya? Tak seorang pun bayi yang dilahirkan ke dunia ini membawa apa pun selain yang diberikan Sang Pencipta kepadannya. Pakaian pun tak dia kenakan ketika pertama kali melihat dunia. Apa yang bisa dikita banggakan ketika semua itu memang pada asalnya tak ada.

Karena kebahagiaanlah yang membuat kita selalu termotivasi untuk berbuat kebaikan kepada sesama. Keinginan untuk saling berbagi yang akan berbuah kebaikan walapun hanya dengan setitik senyuman yang tak akan pernah kembali terpancarkan ketika detak jantung kita sudah berhenti.

Tebarkanlah senyuman duhai kawan. Tak ada ruginya kita tersenyum. Justru kita akan mendapatkan pahala dari senyuman kita tersebut. Senyuman yang akan membuat diri kita bahagia dan orang lainnya yang merasakan senyuman tersebut.

Tersenyumlah. Selama senyuman itu masih bisa kita praktikkan. Selama senyuman itu dapat menebarkan kebaikan kepada orang-orang disekitarnya.

Tersenyumlah. Tebarkan kebaikan-kebaikan lewat senyuman polos yang didalamnya tak ada maksud tertentu apapun selain ingin membahagiakan diri sendiri dan orang lain.

Seperti yang pernah dilantunkan seorang tokoh yang menjadi pusat magnetik semua umat hingga akhir zaman,

“Senyummu ketika berjumpa saudaramu” ucap beliau. “adalah sebuah ibadah” (HR. al-Baihaqi)

Minggu, 07 Juli 2013

Catatan Kecil Sang Petualang "Ramadhan Sebagai Awal Perubahan"


“Tidak ada seorang pun yang dapat merubah diri kita selain diri kita sendiri”

        Ramadhan semakin dekat. Pertanda bulan latihan akan menyapa insan yang akan bertaubat. Dibulan Ramadhan inilah awal sebuah perubahan yang akan kita lakukan secara berkelanjutan.

        Selama sebelas bulan kita terlenakan oleh urusan dunia. Sholat lima waktu pun hanya kita lakukan disisa-sisa waktu kita. Sedekah pun kita keluarkan dari sisa-sisa belanja kita. Qur’an pun dibaca dari sisa-sisa bahan bacaan yang telah banyak kita baca.

        Momentum bulan suci inilah waktu yang tepat untuk kita jadikan batu loncatan dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Sang Pencipta.

        Dulu diluar bulan Ramadhan, kita sisakan waktu untuk sholat hanya sekitar 5-10 menit jika diakumulasikan sebanyak 5 waktu berarti kita menggunakan waktu untuk urusan akhirat hanya sekitar kurang lebih 50 menit tidak sampai satu jam, apabila kita anggap satu jam dapat kita hitung kembali berarti kita terlenakan oleh aktivitas duniawi selama 23 jam.

        Dulu diluar bulan Ramadhan, kita akan bersedekah dengan uang sisa-sisa kembalian yang telah kita gunakan untuk membeli sesuatu yang berhubungan dengan dunia. Ketika ada uang kembalian dari belanja itulah yang akan kita jadikan sedekah.

        Dulu diluar bulan Ramadhan,  kita sisakan Qur’an sebagai alternatif bacaan terakhir setelah kita habiskan bacaan-bacaan dunia seperti buku, koran, majalah, tabloid, buletin dan lainnya. Mengakibatkan Qur’an terkesampingkan dari keseharian kita.

        Dari sebagaian fenomena-fenomena diatas kita bisa sama-sama mengevaluasi diri dan belajar agar dibulan Ramadhan kelak bisa kita jadikan bulan perubahan agar kita lebih memprioritaskan waktu, tenaga, pikiran dan materi yang kita miliki untuk dicurahkan kepada urusan akhirat.

        Sholat yang biasanya kita lakukan hanya yang wajib saja, belum bisa diawal waktu sholat dan dengan alokasi waktu yang relatif singkat. Mari kita rubah kebiasaan tersebut kini kita kerjakan sholat wajib plus sholat sunnah, dikerjakannya diawal waktu dan alokasi waktunya pun kita perlama agar kita bisa lebih lama bersama Allah.

“Salah satu dari tiga hal yang disukai Allah adalah orang yang sholat diawal waktu sholat”

        Sedekah yang sering kita lakukan awalnya dari uang sisa yang kita miliki. Sekarang kita rubah. Kita siapkan sebagian harta kita yang akan kita sedekahkan dibulan Ramadhan kelak serta rutin kita sedekahkan agar kita terbiasa bersedekah  dan bisa merasakan kondisi orang yang kekurangan dari segi ekonomi dari kita yang mempunyai kelebihan ekonomi.

“Bersedekahlah karena sedekah akan menghapus sebagaian dosa-dosamu”

        Begitu pula dengan membaca Qur’an. Mungkin diseharian, kita lebih senang membaca buku, novel, majalah ataupun bacaan lainnya. Dibulan Ramadhan sebagaimana kita ketahui bersama adalah bulan dimana turunnya Al-Qur’an sehingga ada baiknya kita meluangkan waktu khusus untuk membaca terlebih juga mempelajarinya agar bulan yang penuh berkah ini bisa kita hiasi dengan cahaya-cahaya Qur’an di lingkungan kita sehingga tidak hanya kita yang akan merasakan manfaat dari bacaan Qur’an tersebut, orang disekeliling kita pun akan merasakannya.

“Hiasilah rumah kalian dengan sholat dan membaca Al-Qur’an”
        Masih banyak lagi hal-hal yang perlu kita rubah dibulan latihan kelak. Sebab, dari bulan Ramadhan inilah yang diharapkan akan menjadi batu loncatan ketika selesai Ramadhan. Semua ibadah yang kita lakukan dibulan Ramadhan akan membekas dan terus kita lakukan diluar bulan Ramadhan itulah keberkahan bulan Ramadhan yang akan kita peroleh.

        Namun sebaliknya, apabila seusai Ramadhan kita tetap kembali kepada kebiasaan buruk kita. Ramadhan yang kita lalui hanya sebuah kesia-siaan. Padahal, seandainya kita tahu segitu besarnya pahala dan keutamaan bulan Ramadhan maka kita akan berharap setiap bulan adalah bulan Ramadhan.

“Banyak dari orang yang berpuasa dibulan Ramadhan hanya mendapatkan lapar dan haus saja”
        Mari kita gunakan kesempatan emas yang ada dihadapan mata kita sekarang ini sebagai awal perubahan diri kita untuk menjadi lebih baik lagi sebab orang yang beruntung sebagaimana disabdakan oleh Sang Teladan kita ialah

“Orang yang beruntung adalah orang selalu mengevaluasi diri  untuk menjadi lebih baik lagi”

        Ramadhan akan tiba. Apakah kita akan berdiam saja? Tanpa ada sebuah perubahan yang nyata. Perubahan kepada diri manusia. Manusia yang berlumur dosa. Manusia yang hina. Tak punya apa-apa.

        Mari kita niatkan dan kita lakukan bersama-sama perubahan diri menuju kebaikan. Kita tak tahu apakah kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhan yang ada didepan mata sekarang ini ataukah kita akan pergi ketika Ramadhan telah datang kepada kita. Setidaknya kita sudah ada niat untuk berubah dan mengisi hari-hari dibulan Ramadhan kelak. Semuanya kita kembalikan kepada Sang Pemilik manusia.

        Semoga kita dipertemukan dibulan Ramadhan kelak dan kita bisa sedikit demi sedikit melakukan perubahan pada diri kita sebab perubahan itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan.

Marhaban ya Ramadhan
Marhaban Syahrus Shiyam
Marhaban ya Ramadhan

Marhaban Syahrus Shiyam

Berbagi Ceria Lewat Cerita

Yogyakarta, 8 Juli 2013, 09.56 WIB

Aulia Rahim

Selasa, 30 April 2013

Catatan Kecil Sang Petualang "Menggadaikan keimanan demi Ujian"


Ujian itu cobaan
Cobaan tuk kenal kesabaran
Cobaan tuk ketahui kesyukuran
Cobaan yang mendatangkan kebahagian
Bagi insan yang beriman

Nilai bukanlah tujuan
Berkah-Nya yang menjadi incaran
Langkah kecil tuk gapai impian
Lewat kata-kata yang tertuliskan

Tapi, mengapa tetap kau gadaikan?
Kau gadaikan keimanan
Tuk mengharapkan pujian
Lewat cara-cara yang tak karuan
Kau relakan
Kau biarkan
Diri ini berlumur dengan kesalahan
Hanya untuk mengejar kejayaan
Kejayaan digapai lewat kebohongan
Kejayaan yang akan mendatangkan kesengsaraan

Kejarlah impian dengan cara-cara Tuhan
Amalkan kejujuran
Tingkatkan kesholehan
Jauhi kemaksiatan
Saat keramaian
Saat sendirian
Tetap patuh dengan titah Tuhan

Selagi nyawa masih di badan
Selagi nafas masih terhembuskan
Selagi jantung masih terdetakkan
Ingatlah segala kesalahan
Cepat-cepatlah mohon ampunan
Lewat seribu tetesan
Tetesan tangisan insan
Yang ingin menjadi pribadi menawan
Menawan dihadapan Sang Pujaan
Pujaan hamba-hamba beriman

Ini hanya seuntai tulisan
Yang tak akan berguna jika dibiarkan
Tanpa sebuah amalan
Amalan dalam perbuatan
Perbuatan keseharian
Biarkanlah menjadi sebuah kebaikan
Sebagai nasihat di akhir zaman

(A.R)

Yogyakarta, 22. 29 WIB 30 April 2013

Senin, 01 April 2013

Catatan Kecil Sang Petualang "Mengubah Sudut Pandang Mahasiswa"



Kita tak bisa mengubah arah angin, tapi kita bisa mengatur kepak sayap kita”
Seorang dosen menjelaskan kepada mahasiswanya, “Coba, kalian lihat gambar apakah ini?”. Semua mahasiswa mulai menganalisis gambar yang ditampilkan di slide presentasi dosen.  “Gambar, laki-laki meniup terompet”, ucap salah seorang mahasiswa. “Gambar wajah perempuan”, kata mahasiswa yang lain.
Sang dosen pun membenarkan jawaban kedua mahasiswa tersebut. “Semua benar, tergantung cara memandang kita terhadap gambar tersebut, coba perhatikan gambar yang  berwarna hitam, tentu kita akan melihat dengan jelas bahwa gambar tersebut adalah gambar seorang laki-laki meniup terompet. Tapi, coba perhatikan gambar yang berwarna putih, kita akan melihat wajah seorang perempuan”, tutur sang dosen. 
Itulah yang disebut dengan cara pandang. Dimana kita tidak hanya memandang sesuatu hanya pada satu arah tetapi memandang sesuatu dari berbagai arah.
Suatu ketika kita menghadapi sebuah masalah. Namun, kita tak terpaku pada masalah tersebut sebab kita memandang masalah itu dari sudut pandang yang lain. Orang lain mungkin beranggapan masalah kita itu cukup sulit dan berat tetapi kita tetap terlihat tenang dan tegar menghadapinya. Kita tetap berpikir positif terhadap suatu masalah salah satunya karena masalah mendidik kita agar lebih dewasa.
Sama halnya seperti mahasiswa. Sudut pandang apakah yang kita gunakan ketika kuliah? Apakah yang untuk mencari nilai IP tinggi ataukah ada yang lain?
Mengubah sudut pandang kita terhadap kuliah. Kuliah tak hanya semata-mata mencari nilai IP yang tinggi. Jika kita mencari  nilai IP yang tinggi maka kuliah kita menjadi value oriented, orientasi kita kuliah hanya kepada nilai, nilai dan nilai.
Berbagai cara pun akan kita lakukan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan demi mengapai orientasi yang kuat terhadap nilai. Padahal, nilai bukanlah segala-galanya. Meminjam kata-kata seorang dosen, “Nilai IP itu seperti pintu gerbang memasuki dunia kerja, setelah memasuki dunia kerja maka pintu gerbang itu tidak dilewati lagi”
.
Salah satu sudut pandang yang lain yakni study oriented yaitu orientasi kita untuk selalu belajar. Belajar disini adalah menuntut ilmu. Menuntut ilmu apapun sesuai dengan disiplin ilmu kita masing-masing.
Sang idola kita pun berpesan,
“Tuntulah ilmu hingga ke negeri Cina”
Sudut pandang study oriented akan berefek samping kepada nilai. Jikalau kita rajin dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu tentu kita akan mendapatkan nilai yang bagus
.
Ironisnya , sekarang ini kebanyakan mahasiswa lebih bersudut pandang pada value oriented terhadap kuliahnya. Berbagai cara negatif dilakukan hanya untuk mengejar nilai yang tinggi. Padahal yang sebenarnya kita kejar itu adalah ilmu bukan nilai.
Dengan berbekal ilmu itulah kita akan menghadapi liku-liku permasalahan di dunia ini. Dengan ilmu juga kita dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan.
Bagaimana dengan nilai? Apakah nilai bisa membantu kita mengarungi lautan masalah? Dan apakah nilai juga mampu memecahkannya?
Semua itu kembali ke diri kita masing-masing dalam hal sudut pandang. Karena, kita semua memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Tetapi, ada baiknya kita memikirkan kembali perbandingan kebaikan dan keburukan dari sudut pandang yang sekarang ini kita yakini.
Jikalau sudut pandang itu lebih banyak kebaikannya maka lanjutkanlah. Tetapi, jika sudut pandang itu lebih banyak keburukannya maka tinggalkanlah dan ubahlah sudut pandang kita tersebut. (Aulia R)                             

Sabtu, 12 Januari 2013

Catatan Sang Petualang "Diamnya Mahasiswa Farmasi"


Diamku bukan tiada arti
Acuhku bukan tak peduli
Menjauhku bukan pula benci
Tapi aku hanya berhati-hati
Berhati-hati pada hati
Hati yang suci

Takut ternodai
Oleh cinta duniawi
Cinta yang menyakiti
Bagi pribadi yang menjalani
Itu semua karna tidak dilandasi
Oleh cinta kepada Ilahi

Cinta yang hakiki
Akan tetap suci dan murni
Di hati dua insani
Yang saling mencintai

Berpisah karna mentaati
Berjumpa pada waktu yang pasti
Waktu saling mengikat janji
Janji sehidup semati
Menjalani bahtera duniawi
Mematuhi titah baginda Nabi
Sebagai wujud bakti
Sebagai tanda bukti
Kekuasaan Pemilik bumi

Menyatukan dua hati
Yang saling menyayangi
Lewat hubungan terridhoi
Antara putra dan putri
Itulah waktu yang pasti
Waktu yang dinanti-nanti

Yang akan menjadi saksi
Kau & aku saling melengkapi
Merajut cinta yang sejati

Aku hanyalah mahasiswa farmasi
Yang hanya mengenal berbagai reaksi
Dan juga aku seorang santri
Yang senantiasa mengaji

Aku belum mengenal sebuah arti
Arti saling memahami
Dan arti saling mengasihi

Tugasku hanya mendekatkan diri
Kepada zat yang abadi
Zat Maha Pemberi
Dan juga Maha Tinggi

Biarkanlah rasa ini tetap terpatri
Terpatri mengikuti hari-hari
Sampai kelak ia berhenti
Berhenti pada waktu yang pasti
Waktu kita saling mengikat janji

Berbagi Ceria Lewat Cerita

Yogyakarta, 13 Januari 2013
Salam Senyum

Aulia Rahim

Copyright @ 2013 AULIA RAHIM.