Sabtu, 05 April 2014

Catatan Kecil Sang Petualang "Pemimpin Juga Perlu Nasihat"



“.... serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”
(potongan ayat ketiga surah Al-Asr)


Orang yang beriman disebutkan dalam surah Al-Asr yakni melakukan tiga perkara. Satu perkara untuk diri sendiri sedangkan dua perkara lainnya untuk diri sendiri dan orang lain. Apakah dua perkara tersebut? Seperti yang tertera di potongan ayat di atas yaitu saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.


Kita sebagai manusia dianjurkan untuk saling menasihati pada kebenaran dan kesabaran. Dimana saling menasihati tersebut dengan berbagai cara yang diajarkan oleh agama. Salah satu nasihat yang sering terlontarkan dan tak disadari berupa kritik. Kritik yang bersifat membangun dan dalam rangka sebuah perbaikan menuju lebih baik lagi. Jikalau tidak bukan dengan cara kritik yang membangun, bagaimanakah kita akan tersadar dengan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat?


Manusia tetaplah manusia. Manusia tak akan bisa menjadi malaikat yang terbebas dengan dosa sebab manusia memiliki berbagai kekurangan dan kelebihan di dalam diri masing-masing. Pada hakikatnya pun manusia itu kecil, rendah, kotor, hina, tak punya apa-apa karena pembeda antara satu manusia dengan yang lainnya hanya tingkat ketaqwaan di sisi-Nya.


Manusia sering melakukan kesalahan  yang kadang disadari dan  kadang pula tak disadari. Jika kesalahan itu disadari maka taubat adalah jalan satu-satunya agar dia bisa menghapus dosa-dosa yang telah dia perbuat.


Namun,jika kesalahan itu tidak disadari, bagaimanakah cara dia menghapus dosa-dosa yang telah dia perbuat?


Dari sinilah kita bisa menitikberatkan arti sebuah nasihat dalam bentuk apapun. Nasihat dalam bentuk teguran, kritik,atau bahkan sebuah caci maki pun diperoleh untuk menyadarkan dari kesalahan yang selama ini menghayutkan sehingga lupa dengan diri.


Lewat nasihat kita bisa mengevaluasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bukankah itu yang kita harapkan menjadi pribadi yang setiap hari semakin bertambah umurnya dan semakin bertambah pula amal kebajikannya yang akan dibawa kelak di hari akhir.


Nasihat itulah yang secara tidak langsung mengajarkan kepada kita arti belajar dari kesalahan. Manusia tidak akan mau masuk ke dalam lubang yang sama. Apabila dia selalu masuk dalam lubang kesalahan yang sama maka dia tiada pernah belajar dari kesalahan yang pernah diperbuat sebelumnya.


Kita memerlukan orang lain untuk menasihati diri ini sebab tak cukup jika hanya diri sendiri yang menasihati diri ini. Begitu banyak kesalahan yang kadang tak Nampak sehingga membuat diri ini tak menyadarinya. Layaknya ungkapan yang sering didengar,


“Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak”


Kesalahan-kesalahan orang lain terlihat jelas. Tapi, kesalahan sendiri tak terlihat oleh diri pribadi sehingga diperlukannya orang-orang yang peduli dengan kita agar mereka mau memberikan nasihat demi sebuah perbaikan diri mencapai kesucian insan yang sejati.


Sama halnya dengan seorang pemimpin. Pemimpin pun memerlukan nasihat dari orang-orang disekitarnya, tidak hanya dari orang-orang terdekatnya. Tapi, nasihat dari semua orang diaperlukan. Sebab, terkadang orang-orang merasa sungkan untuk menyampaikan sebuah nasihat terlebih bukan orang terdekat sebab dia merasa rendah diri, tak mungkin rasanya menasihat seorang pemimpin yang lebih tua ataupun lebih tinggi derajatnya dalam sebuah organisasi.


Padahal kita ketahui bersama, pemimpin itu ada dari orang-orang kecil disekitarnya. Dahulunya dia pun orang-orang kecil disebabkan amanah  yang diberikan kepadanya yang menjadikan dia menjadi seorang pemimpin.


Sewajarnya pemimpin terbuka terhadap semua bentuk nasihat apapun yang diberikan kepadanya. Sebab, itulah gambaran sosok dirinya di hadapan orang-orang yang dipimpinnya. Masih layakkah hal-hal yang selama ini dia lakukan ataukah sudah tidak layak lagi dia lakukan?Orang-orang yang dipimpinnya itulah yang akan merasakannnya.


Apabila pemimpin anti terhadap nasihat ataupun anti kritik maka kekacauan akan terjadi dengan orang-orang yang dipimpinnya.


Sifat manusia merasa bangga ketika berada di atas menyebabkan diri seorang pemimpin merasa mulia. Padahal,jika tidak karena orang-orang yang dia pimpin, dia tidak akan menjadi seorang pemimpin. Mengapa harus menutup diri dari nasihat dan kritikan orang-orang yang dipimpin?


Sahabat nabi, Abu Bakar As-Siddiq pernah mengajarkan kepada kita pada saat beliau mendapatkan amanah sebagai khalifah. Ketika itu sambutan pertama yang beliau lontarkan yakni turutilah segala apa yang beliau perintahkan jika perintah itu beraromakan kebaikan dan ketaqwaan  tapi tegur atau nasihatilah beliau jika perintah itu sudah melenceng darisyariat agama.


Bayangkan seorang khalifah pertama bahkan sahabat nabi terdekat sekaligus mertua nabi berkata demikian. Apakah kita yang sekarang mengemban amanah seorang pemimpin tak mau dinasihati ataupun dikritik?


Abu Bakar yang keimanannya jika ditimbang dengan seluruh umat manusia di bumi ini masih lebih berat keimanannya masih meminta nasihat, teguran atau kritik pada saat dia memimpin. Bagaimana dengan kita apakah keimanan kita sebanding dengannya?


Nasihat, teguran, kritik ataupunbentuk lainnya sangat kita harapkan tidak hanya saat kita menjadi seorang pemimpin. Pada saat kita menjadi manusia biasa itu semua tetap diharapkan sebab iman manusia turun naik. Terkadang berbuat kebaikan dan terkadang pula berbuat keburukan.


Bagaimanakah iman kita pada saa tmenjadi pemimpin? Apakah akan selalu naik? Ataukah akan menurun? Nasihat itulah yang akan mengendalikannya. Dia akan menjadi kontrol dalam setiap tingkah laku yang diperbuat.


Pemimpin juga manusia. Jika dia salah tegur dan nasihatlah. Begitu pula dengan sang pemimpin, ketika teguran dan nasihat terlontar dari orang-orang yang dipimpinnya dengarkanlah dan perbaikilah apapun yang telah mereka rasakan dari sistem kepemimpinan yang telah diterapkan.


Dari timbal balik antara  pemimpin dan orang-orang yang dipimpin itulah yang akan menjadikan ketentaraman dan kenyamanan bagi semua aspek kehidupan.



Yogyakarta, 5 April 2014, 19.26 WIB


Berbagi Ceria Lewat Cerita


Aulia Rahim





Copyright @ 2013 AULIA RAHIM.