Tak disadari selama ini kita lupa, lupa bahwa pahlawan
sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Diri yang dibawa pada perjuangan
mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Diri ini pula yang berjuang
sebelum lahir ke dunia sebagai sel sperma yang mampu bertahan hingga membuahi
sel ovum. Dari itu maka terbentuklah embrio.
Perjuangan itu diawali sejak sebelum manusia dilahirkan. Sesudah
dilahirkan pun, perjuangan masih tetap berlanjut. Berjuang untuk bisa
berbicara, mendengar, bergerak, berdiri dan semua yang dilakukan oleh sang bayi
sesudah dilahirkan.
Sel sperma berjuang, bayi berjuang. Sekarang? Menginjak anak-anak,
remaja, dewasa bahkan tua. Perjuangan itu terus berkelanjutan tanpa henti.
Perjuangan akan terhenti saat nafas ini tak mampu lagi
ditarik atau ketika tidak bisa lagi dihembuskan. Itulah perjuangan yang
dilakukan oleh pahlawan. Bukan hanya berjuang melawan penjajah. Tapi sebenarnya,
berjuang melawan diri sendiri dan hawa nafsu merupakan sisi dari pahlawan yang
ada di dalam diri manusia.
Lihatlah.. Di luar sana, masih banyak orang atau bahkan kita
sendiri yang belum mampu melawan diri dan hawa nafsu dari berbuat keburukan. Diri
ini berkubang pada lumpur keburukan yang tiap hari semakin menumpuk tanpa
disadari.
Perjuangan melawan diri memang memerlukan tenaga, biaya,
pikiran dan perasaan yang sangat kuat. Melawan diri untuk tidak berbuat
keburukan perlu perjuangan. Sama halnya saat berjuang diri untuk berbuat
kebajikan. Keduanya memerlukan perjuangan yang tidak sedikit dan singkat.
Apalagi melawan hawa nafsu yang liar. Ibarat binatang, hawa
nafsu itu perlu diikat agar tidak liar. Jika liar maka inilah perjuangan yang
harus dilakukan oleh manusia untuk melawannya. Berjuang melawan hawa nafsu
bukan berarti membunuh atau menghilangkannya tapi mengendalikannya ‘diikat’. Jika
hawa nafsu dibunuh atau dihilangkan maka hawa nafsu untuk berbuat kebaikan pun
akan leyap. Sebab, hawa nafsu tidak hanya membawa pada keburukan tapi juga
menuntun pada kebaikan. Asalkan, ia dikendalikan dengan arif dan bijaksana.
Perjuangan ini belum usai, sebab diri sendiri dan hawa nafsu
akan selalu membersamai manusia hingga tutup usia. Setiap hari manusia akan
tetap terus berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Kitalah pahlawan yang sesungguhnya. Kita pulalah yang akan
memperjuangkan diri kita masing-masing kelak di masa depan baik di dunia maupun
di akhirat nanti.
Manusia akan dicap sebagai pahlawan manakala dia mampu untuk
melawan dirinya dari buat keburukan dan mengendalikan hawa nafsunya dari
kejelekan yang akan berujung pada penyesalan.
Menjadi pahlawan bagi diri sendiri. Itulah kunci awal untuk
mampu menjadi pahlawan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara bahkan
dunia.
Tak ada kata terlambat untuk berubah. Berubah menjadi sosok
manusia yang lebih baik. Berubah menjadi insan yang berusaha istiqomah dalam
jalan kebenaran. Berubah menjadi diri yang bisa memberikan manfaat untuk diri
sendiri dan orang lain.
Yogyakarta, 10 November 2016
Berbagi Ceria Lewat Cerita
Aulia Rahim
0 komentar:
Posting Komentar